Heidi Hornberger adalah seorang seniman, pelukis, dan pemahat yang berasal dari California, Amerika Serikat. Ia mengunjungi Bali pertama kali pada tahun 1988, dan jatuh cinta pada alam, budaya, serta penduduk Bali. Kecintaannya pada Bali bertambah besar saat ia bertemu dengan seorang penari dan sesepuh, Ni Ketut Cenik, dan belajar mengenai Taksu, sebuah konsep yang dianut para seniman Bali, kharisma yang melekat pada setiap penciptaan karya seni, yang membawa kehidupan pada setiap karya. Sejak tahun 1988, heidi mengunjungi Bali setiap tahun, menghabiskan waktunya untuk membuat karya baru.
Ketika terjadi Bom Bali tahun 2002, ada dorongan kuat untuk membantu orang-orang Bali pulih dari tragedi ini. Melalui teman-temannya yang tinggal di Bali, ia dikenalkan pada Rucina Ballinger, Direktur YKIP pada saat itu. Heidi melihat bahwa ekonomi Bali juga terdampak, dan ada banyak anak yang terancam putus sekolah karena orang tuanya tidak dapat membayar uang sekolah.
“Saya merasa sangat senang dapat bergabung dengan organisasi ini, tapi dengan satu syarat, saya dapat terlibat secara langsung untuk melihat perkembangan siswa asuh saya. Rucina sangat antusias mengenai hal tersebut dan setuju untuk menjalankannya. Pada tahun pertama, saya mensponsori 8 anak usia sekoh. Ketika saya kembali ke Bali, saya bisa menemui anak-anak tersebut beserta keluarganya. Saya semakin antusias untuk membantu lebih banyak anak lagi untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik”. Heidi menjelaskan saat pertama kali menjadi donatur pada Program Beasiswa KEMBALI, sebuah program beasiswa untuk siswa SD hingga SMA.
Pada saat itu, Heidi ternyata didiagnosa menderita kanker. Hal tersebut tidak menjadikannya patah semangat, namun menjadikannya semakin bersemangat untuk membantu sesama. program sponsorship ini kemudian bertumbuh menjadi semakin besar dengan bertambahnya donatur yang ikut menjadi sponsor, termasuk beberpa orang Amerika yang mengunjungi Bali secara rutin untuk bertemu dengan siswa asuhnya. Dalam beberpaa tahun saja, ada lebih dari 40 donatur yang terlibat dan memabntu lebih dari 40 siswa asuh. Kelompok ini kemudian dinamai “Heidi Circle” oleh Rucina Ballinger, dan kini sudah berjalan selama lebih dari 17 tahun.
Setiap kali Heidi berkunjung ke Bali, mengajak siswa asuhnya untuk bertualang dan mengeksplorasi hal-hal baru: fotografi, mengunjungi kebun binatang, mengunjungi museum, bertemu dengan penari terkenal, dan membuat karya seni untuk donatur. Heidi menjadi sangat dekat dengan siswa asuhnya dan telah menganggap mereka seperti anaknya sendiri. Sekarang hampir semua anak-anak tersebut telah menyelesaikan pendidikannya di SMA, kecuali dua anak yang yang kini berada di kelas 11 dan 12. Kemurahan hati para donatur di Heidi Circle juga telah memungkinkan sebagian anal untuk melanjutkan pendidikan mereka pada program pelatihan setahun dan belajar di universitas.
“Melalui pendidikan, semua anak yang disponsori oleh Heidi Circle bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa memutuskan rantai kemiskinan yang telah membatasi keluarga mereka selama ini. Pencapaian mereka jauh melampaui bayangan sayaa, dan menjadi bagian dari heidi Circle menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya”.
Anda dapat melihat hasil karya Heidi yang terinsirasi dari Bali disini.