Alice Mendoza, Guru Sekolah Dasar Wilkes

23 Agustus 2021

Saya percaya melalui traveling, saya bisa memperkaya kehidupan anak-anak didik saya dengan berbagai cerita, pengalaman, foto, serta kenang-kenangan yang saya bawa pulang untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa kita semua adalah manusia yang sama, meskpun budaya kita berbeda, tapi kita terhubung dengan sangat kuat antara satu dengan lainnya. Hal yang sangat menyentuh adalah melihat bagaimana mata anak-anak didik saya berbinar saat saya membagikan cerita dan menghubungkan mereka dengan tempat-tempat yang telah saya kunjungi.

Salah satu teman saya mengahajr di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Pada musim panas 2002, saya mengujungi mereka selama beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan ke beberapa homestay di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, dibantu oleh teman seorang ibu dari murid saya. Kunjungan- kunjungan ke homestay ini menjadi sangat berkesan bagi saya karena saya merasa sangat diterima di rumah orang asing dan meninggalkannya dengan sedih karena harus meninggalkan teman-teman saya. Salah satu kenangan terindah saya adalah waktu yang saya habiskan dengan Mark Keatinge, istrinya Ketut, beserta anak-anak mereka di Sanur. Juga waktu yang saya habiskan bersama pekerja di sebuah bungalow di Panestanan Ubud. Keluarga Keating mengundang saya untuk emngikuti sebuah upacara di pura keluarga mereka dan memberikan saya kehormatan dengan memakaikan pakaian adat, menata rambut saya, serta mengajari saya segala sesuatunya tentang upacara yang sedang berlangsung. Saya bertemu dengan banyak orang baik di Bali dan sampai saat ini ketika saya menutup mata, saya bisa melihat mereka kembali. Saya tidak pernah merasakan hubungan spiritual seperti ini sebelumnya.

Saya kembali pulang dan memulai tahun ajaran saya dengan bercerita kepada murid-murid mengenai kunjungan ke Bali yang sangat berkesan, terutama ketika hari-hari kacau setelah serangan teroris 11 september di Amerika Serikat. Saya menceritakan bagaimana saya diterima dengan baik oleh setiap orang yang saya temui. Akhirnya, tibalah waktu kami untuk membuat kalender tahunan untuk penggalangan dana bagi sahabt kami di Ometepe, Nikaragua. Penduduknya sangat miskin secara ekonomi, namun mereka kaya dengan cinta pada keluarga, teman dan kebudayaan mereka. Saat itulah terjadi tragedi Bom Bali. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Saya berteriak ketakutan saat menonton berita di TV, saya tidak henti-hentinya menangis. Keesokan harinya, saya pergi ke sekolah dengan berat hati, karena mengetahui bahwa murid-murid saya telah mendengar berita ini. Kami berbicara dan menangis. Audrey kemudian mengankat tangannya dan berkata bahwa ia pikir kita harus membagi uang yang dikumpulkan dari penjualan kalender kami untuk diberikan kepada orang-orang di Bali. Kyler berkta uangnya harus dibagi separuhnya untuk membantu Bali. Saya kembali menangis di depan anak-anak karena saya dapat melihat Bali dan orang-orangnya berada di hati anak-anak ini dan mereka bersusah hati karena berita ini.

Kami mengumpulkan USD 10,000 tahun itu dan mengirimkannya kepada Mark yang menceritakan kepada saya bahwa dana tersebut digunakan untuk memulai proyek YKIP. Kami berharap dapat mengumpulkan lebih banyak adana, namun kami senang bahwa dana tersebut digunakan untuk membuat kehidupan banyak anak yang terdampak menjadi lebih baik. Saya merasa terhormat dan bangga menjadi bagian dari project yang berasal dari inisiatif 26 anak yang bersedih akrena tindakan yang tidak bertanggung jawab. Saya membagikan kutipan yang selalu diucapkan oleh anak-anak didik saya setiap hari senin setelah saya kembali dari Bali sebagai bagian dari tradisi Senin pagi kami. Saya membacanya di sebuah buku, “A Little Bit 1 O’Clock” yang saya baca ketika berada di bali yang menceritakan tentang pengalaman  hidup bersama keluarga Bali selama satu tahun. Air mata saya menetes saat menuliskan hal ini karena kedamaian di dunia kita sekarang menjadi konsep yang amat susah untuk dipahami. Mungkin, hanya mungkin, waktunya akan tiba dimana kita bisa melihat bahwa kata yang damai yang diucapkan mencerminkan kebenaran yang kita jalani bersama.

Ini adalah pepatah Cina: “Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang.akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga. Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga,akan hadir ketertiban dalam negara. Dan bila ada ketertiban di dalam negara, AKAN HADIR KEDAMAIAN DUNIA”

Terima kasih telah mendengarkan,
Semoga Damai,
Alice Mendoza